Archive for Maret, 2011


BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pengujian benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologis sekumpulan benih yang biasanya didasarkan pada perwakilan sejumlah contoh benih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok benih. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Salah satu contoh pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji perkecambahan benih. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung, misalkan dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh tertentu.

Pada uji viabilitas benih, baik uji daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh benih, penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang lain dalam satu substrat. Sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan presentase perkecambahan. Persentase kecambah yang tinggi sangat diinginkan oleh para petugas persemaian, dan segala sesuatu selain benih murni yang berkecambah akan dianggap sebagai hal yang tidak berguna, oleh karena itu pegujian kecambah atau viabilitas harus menggambarkan kecambah yang potensial. Potensi perkecambahan merupakan hal yang secara langsung didapatkan pada pengujian perkecambahan. Pengujian perkecambahan secara luas digunakan, baik untuk pengujian benih standard maupun untuk pengujian informal secara sederhana di persemaian.

Pengujian viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian pemotongan (cutting test), tetrazolium (TZ), pemotongan embrio, dan pengujian hydrogen peroksida (H2O2). Pengujian viabilitas benih biasanya kurang tepat diterapkan untuk benih-benih yang berukuran sangat  kecil, bahkan teknik pengambilan/pemotongan embrio hampir tidak mungkin dilakukan. Untuk memudahkan dalam pengujian benih, benih yang digunakan harus berukuran agak besar seperti sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Jacq.) yang digunakan dalam praktikum ini.

Pengujian benih dengan tetrazolium merupakan salah satu uji yang efektif. Uji tetrazolium memanfaatkan prinsip dehidrogenase yang merupakan group enzim metabolism pada sel hidup, yang mana mudah diamati perubahan warnanya. Selain uji TZ, uji hydrogen peroksida (H2O2) juga merupakan uji yang efektif. uji ini merupakan uji viabilitas yang lain, yang membentuk transisi menjadi pengujian kecambah.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1)      Membandingkan hasil pengujian viabilitas benih dengan tetrazolium (TZ) yang di larutkan dalam air dan larutan penyangga.

2)      Membandingkan uji hydrogen peroksida (H2O2) dan control pada benih sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Jacq.).


BAB II

METODOLOGI

2.1 Lokasi dan Waktu

Praktikum Pengujian Viabilitas Benih ini dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011.

2.2 Alat dan Bahan

1.      Air

2.      Larutan buffer

3.      Tetrazolium (TZ)

4.      Hydrogen peroksida (H2O2)

5.      Benih sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Jacq.) sebanyak 18 biji

6.      Kantung plastik hitam

7.      Gelas aqua

8.      Tabung reaksi

2.3 Medote Praktikum

Praktikum ini terdiri dari dua tahap yaitu uji tetrazolium dan uji hydrogen peroksida (H2O2). Langkah awalnya melakukan pengujian benih dengan tetrazolium. Praktikan menyiapkan benih sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Jacq.) sebanyak 8 biji yang telah dilakukan perlakuan pendahuluan, yaitu perendaman dengan air panas selama 5 menit dan air dingin selama 24 jam. Langkah berikutnya adalah membagi benih sengon buto menjadi dua bagian, 4 benih dipotong dan 4 benih tidak dipotong. Kemudian 8 benih  tersebut dimasukkan ke dalam TZ air murni begitu juga dilakukan perlakuan yang sama pada TZ buffer selama 2, 3, 6, dan 12 jam. Setelah itu benih dibilas dengan air bersih, kemudian mengamati embrio yang berwarna merah dan tidak berwarna dengan cara membelah benih.

Tahap yang terakhir adalah menguji benih dengan hydrogen peroksida (H2O2). Dengan tahapan yang pertama adalah menyiapkan benih sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Jacq.) sebanyak 10 biji. Selanjutnya melakukan perlakuan pendahuluan untuk mematahkan dormansi benih yaitu dengan perendaman dengan air panas selama 5 menit dan air dingin selama 24 jam. Langkah selanjutnya benih sengon buto direndam ke dalam larutan H202 selama 12 jam. Setelah itu benih sengon buto disimpan dalam kertas merang selama 3 hari dan bilas dengan air bersih, setelah tiga hari kemudian mengamati perkecambahan benih sengon buto tersebut dan menghitung prosentasenya dengan persamaan sebagai berikut :

% kecambah = benih yang berkecambah x 100%

total benih

 

 

3.2 Pembahasan

Prinsip metode TZ (Uji Tetrazolium) adalah bahwa setiap selhidup akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih. Enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi (Byrd, 1988).

Kelebihan metode TZ meliputi waktu pengujian yang singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi atau mikroba lainnya dan bersifat merusak. Metode TZ merupakan metode yang paling sesuai pada hampir semua jenis.

Praktikum dengan menggunakan metode TZ kali ini dilakukan oleh tujuh kelompok menggunakan benih sengon buto. TZ yang dipakai ada dua jenis yaitu TZ dengan pelarut air (kelompok 1-3) dan TZ dengan  pelarut buffer (kelompok 4-7). Perlakuan terhadap benih yaitu benih tidak dibelah dan benih yang dibelah bagian radikulanya. Hasil dari perendaman benih sengon yang dibelah dengan TZ pelarut air yakni rata-rata benih dari seluruh kelompok berwarna merah berjumlah 4 dari 8 benih dan bagian yang berwarna sebanyak 50-60%. Sedangkan untuk benih yang tidak dibelah benih kelompok 1 dan 2 tidak berwarna dan kelompok 3 benih yang berwarna bejumlah 3 dengan 30% bagian yang berwarna merah.Rata-rata benih sengon buto dibelah yang direndam dengan TZ pelarut buffer menghasilkan warna merah sebanyak 4 benih dan bagian yang terwarnai sebanyak 40% sedangkan benih yang tidak dibelah hanya 2 kelompok yang berwarna merah muda (20-30% bagian) dan benih dari 2 kelompok tidak berubah warna.

Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar benih sengon buto yang diujidengan TZ pelarut air memiliki viabilitas yang sedang karena warna bagian yang terwarnai paling banyak hanya 50%. Sedangkan untuk benih sengon buto pada TZ pelarut air dengan perlakuan dibelah memiliki viabilitas yang rendah karena hanya beberapa benih yang berubah warna serta bagian yang berwarna hanya 20-30%. Benih-benih yang  memiliki viabilitas rendah mungkin saja sudah terserang penyakit sehingga bila ditanam akan sulit untuk berkecambah.

Metode pengujian hidrogen peroksida (Hydrogen peroxide test) merupakan satu-satunya uji cepat yang dapat merangsang perkecambahan untuk tumbuh lebih cepat (Leadem, 1984). Hidrogen peroksida biasa pula digunakan untuk pematahan dormansi. Kelebihan metode hidrogen peroksida meliputi alat/bahan tidak mahal, bersifat objektif dan sederhana dalam penyiapannya, sedangkan kekurangannya tidak praktis pada benih berukuran kecil, waktu uji relatif lama (4 – 8 hari) dan bersifat merusak.

Pengujian viabilitas benih dengan metode hidrogen peroksida kali ini juga dilakukan oleh tujuh kelompok dengan perlakuan waktu perendaman yang berbeda serta terdapat benih sebagai kontrol. Perendaman benih dalam H2O2 selama 2 jam menghasil 3 benih berkecambah. Perendaman benih selama 3 jam tidak menghasilkan benih yang berkecambah. Perendaman benih selama 6 jam menghasilkan 1 benih berkecambah. Perendaman benih selama 8 jam menghasilkan 4 benih berkecambah. Sedangkan untuk benih sebagai kontrol sebagai besar belum berkecambah, hanya 1 kelompok yang seluruh benihnya berkecambah. Hal tersebut menunjukan bahwa perendaman beih dalam H2O2 dapat mempercepat perkecambahan benih karena dalam waktu 3 hari benih yang berkecambah sudah banyak. Akan tetapi semakin lama benih direndam benih maka benih tidak berkecambah hal ini dapat terjadi karena benih rusak terkena zat kimia. Benih sebagai kontrol yang berkecambah dapat terjadi karena benih dalam kondisi yang baik serta terdapat cukup air dalam kertas merang.

SIMPULAN

Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa benih sengon buto yang direndam dalam TZ pelarut air merupakan benih yang memiliki viabilitas sedang karena perubahan warna hanya terjadi pada separuh bagian benih. Sedangkan benih yang direndam dalam TZ pelarut buffer memiliki viabilitas rendah karena hanya sedikit bagian benih yang berubah warna serta banyak benih yang tidak berubah warna.

Pengujian benih dengan metode perendaman pada hidrogen peroksida menunujukan bahwa H2O2 dapat mempercepat perkecambahan benih jika direndam dalam jangka waktu yang tepat sedangkan jika direndam terlalu lama akan mengakibatkan kerusakan pada benih sehingga benih tidak dapat berkecambah.

DAFTAR PUSTAKA

[AOSA] Association of Seed Analyst. 2001. Tetrazolium Testing Handbook. Halaman : 17-18. www.ucs.iastate.edu [26 Maret 2011].

Byrd, H.W. 1988. Pedoman Teknologi Benih (Terjemahan). State College. Mississipi.

Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Nasional. 2006. Manual Pengujian Benih Tanaman Hutan. Sumedang :  Balai Perbenihan Tanaman Hutan Jawa dan Madura.

Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Jakarta : Bumi Aksara

Leadem, C.L. 1984. Quick Test for Tree Seed Viability. Management Report NO 18. B.C.Ministry Forest Land Research Branch.

Nugroho, A.A. 1998. Pendugaan Kualitas Benih Acacia mangium willd dan Ochroma bicolor Berdasarkan Uji Daya Hantar Listrik. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Skripsi.

Schmidt, Lars. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis. Na’iem M, penerjemah; Harum F, editor. Jakarta: Dirjen RLPS, Departemen Kehutanan. Terjemahan dari : Guide to Handling Tropical and Subtropical Forest Seed.

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktikum

Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Benih dari segi teknologi diartikan sebagai organisme mini yang hidup dalam keadaan istirahat atau dorman yang tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi. Oleh karena itu dalam pemilihan benih haruslah benih yang benar-benar baik yang akan dijadikan sebagai bakal dari tanaman. Benih bermutu adalah benih murni dari suatu varietas, berukuran penuh dan seragam, daya kecambah di atas 80% dengan bibit yang tumbuh kekar, bebas dari biji gulma, penyakit, hama, atau bahan lain.

Benih yang telah diunduh sebelum disemaikan ataupun untuk keperluan penyimpanan perlu dilakukan pengujian kualitasnya. Pada dasarnya kualitas benih terdiri dari dua yaitu kualitas genetik dan kualitas fisik. Kualitas genetik dapat dilihat dari sumber benihnya sedangkan kualitas fisik dapat diuji setelah pengunduhan. Pengujian benih digunakan sebagai pengontrol parameter kualitas selama penanganan benih dan hasilnya dapat diberikan kepada pengguna sebagai dokumen kualitas benih.

Pengujian benih merupakan analisis  beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologis sekumpulan benih yang biasanya didasarkan pada perwakilan sejumlah contoh benih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok benih. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih.

 

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari tatacara yang benar tentang pengujian benih, yaitu kemurnian, kandungan  air, perkecambahan dan jumlah benih setiap 1 kilogram benih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

Menurut Nasrudin 2009, pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. ntuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :

 

a) Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah :

1.   Benih masak utuh

2.   Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak

3.   Benih yang telah berkecambah sebelum diuji

4. Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud

5.   Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali

b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.

c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:

1. Benih dan bagian benih

2. Benih tanpa kulit benih

3. Benih yang terlihat bukan benih sejati

4. Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal

5. Cangkang benih

6. Kulit benih

7. Bahan lain(Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll).

 

Berdasarkan hasil pengamatan kadar air benih Sengon didapatkan berat awal benih sebesar dua gram dan setelah dilakukan perlakuan (dioven) tidak mengalami perubahan. Dari data ini didapatkan kadar air benih sebesar nol persen, keadaan benih dengan persentase nol persen menyatakan benih tersebut kering. Metode uji di laboratorium merupakan metode yang memberikan kondisi yang terkontrol yang memungkinkan benih dapat tumbuh serempak, cepat dan sempurna/normal. Kondisi ideal yang distandarkan tersebut dimaksudkan agar hasil pengujian suatu kelompok benih yang dilakukan di suatu laboratorium memberikan hasil yang sama bila kelompok benih tersebut diuji di laboratorium lainnya (Nasrudin,2009).

Pada pengujian kadar air benih dalam skala laboratorium, kadar air ini menggunakan metode pengeringan oven. Namun, bagaimanapun juga metode pengeringan oven merupakan metode yang digunakan sebagai metode standar (Edwards, 1987; ISTA, 1999; ISTA 2006 dalam Dede J Sudrajat 2004) bila dibandingkan dengan metode lainnya yang masih harus dikalibrasi. Metode uji perkecambahan benih di laboratorium ditujukan untuk mengetahui jumlah maksimal benih yang dapat berkecambah pada kondisi optimal. Kadar air penting dalam hubungannya dalam penyimpanan dan daya hidup suatu benih agar terjaga daya viabilitas dan vigoritasnya.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan Praktikum

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain neraca (timbangan), gelas kaca untuk wadah benih, kertas koran,  kertas merang, cawan petri, air, oven, desikator, kalkulator, benihJati putih dan Sengon buto.

 

B. Metode Penelitian

Pada praktikum ini ada empat tindakan, yaitu uji kemurnian benih, jumlah biji/kg, dan kadar air benih pada Jati putih. Sedangkan perkecambahan benih menggunakan benih Sengon buto . Langkah awal yang dilakukan dalam praktikkum ini adalah mencampur tiga sampel Jati putih berupa sampel kerja. Setelah itu membagi campuran benih ke dalam empat bagian, kemudian benih yang berada dalam diagonal dipisahkan, yang mana pemisahan harus konsisten (2&3 atau 1&4), dalam paraktikum ini praktikan memisahkan bagian 2 dan 3, seperti pada gambar berikut:

1*

2

3

4*

Pemisahan ini dilakukan dua kali, setelah itu membagi hasil campuran menjadi enam bagian. Bagian ini disebut sampel kerja. Setiap kelompok mendapat satu botol sampel kerja untuk praktikum.

Ø  Uji kemurnian benih

Langkah awal dalam menguji kemurnian benih adalah menimbang benih dan mencatat berat benih tersebut (B1), kemudian membersihkan kotoran dalam benih. Setelah benih bersih, praktikan menimbang tersebut dan dicatat beratnya (B2).  Langkah selanjutnya adalah menghitung persen kemurnian bbenih dengan persamaan sebagai berikut :

%kemurnian = B2/B1 x 100%

 

Keterangan : B1 adalah berat benih yang masih ada kotorannya, dan B2 adalah benih bersih yang telah dilakukan pembersihan.

Ø  Jumlah benih/kg

Mengambil benih sejumlah 30 biji sebanyak 3 kali ulangan, kemudian menimbang benih dan mencatat berat benih tersebut. Langkah selanjutnya adalah mengkonversi berat benih tersebut dalam kg. sehingga praktikan mendapatkat jumlah benih sengon dalam 1 kilogram benih.

 

Ø  Kadar air

KA = [(BB-BK)/BK] x 100%

 

Langkah awal yang ditempuh untuk mengetahui kadar air benih adalah menimbang benih yang sudah disiapkan kemudian mencatat berat benih sebagai berat basah (BB). Kemudian mengoven benih pada suhu 70oC selama 3 hari. Langkah selanjtnya adalah menimbang benih yang telah dioven sebagai berat kering (BK). Langkah selatnya menghitung kadar air dengan persamaan :

Keterangan:

KA: kadar air

BK: berat basah (berat awal)

BB: berat kering (setelah dioven)

 

Ø  Mengecambahkan benih

Langkah awal untuk mengecambahkan benih dalam praktikum ini adalah mengambil benih sengon dalam botok kaca sebanyak 10 biji. Kemudian menyiapkan media untuk mengecambahkan. Media ini berupa cawan petri yang dibawahnya dilapisi tiga lapis kertas merang, kemudian membasahi kertas merang. Kemudian menata benih sengon ke dalam cawan petri, dan cawan petri diletakkan di ruangan khusus untuk perkecambahan. Langkah selanjutnya adalah mengamati pertumbuhan kecambah setiap hari, dan dicatat  perkembangannya.

Persentase Kecambah = Benih yang Berkecambah x 100%

Jumlah Total Benih

 


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

1) Kemurnian benih (gr)

Tabel 1. Perhitungan kemurnian benih

ulangan

berat sampel kerja

berat sampel benih

biji lain

kotoran

persen kotoran

kemurnian

1

368,42

359,62

0,42

8,94

2,43

97,57

2

368,29

358,91

0,42

8,94

2,43

97,57

3

368,35

358,43

0,42

8,94

2,43

97,57

rataan

368,35

358,99

0,42

8,94

2,43

97,57

 

2) Jumlah benih tiap satu kilogram

Tabel 2. Jumlah benih/kg

no

berat basah

jumlah biji

biji/kg

1

15,7

30

1910,828

2

18,83

30

1593,202

3

17,27

30

1737,116

rataan

17,267

30,000

1747,049

3) Kadar Air Benih

Tabel 3. Hasil perhitungan kadar air benih

no

berat basah

berat kering

kadar air

1

15,7

13,63

0,152

2

18,83

16,35

0,152

3

17,27

15,08

0,145

rataan

17,26666667

15,02

0,150

KA = [(BB-BK)/BK] x 100%

 

 

4) Perkecambahan

Jenis Benih      :  Enterolobium cyclocarpum

Jumlah Benih  : 10/kelompok

Tabel 4. Data Pengamatan Jumlah Benih yang Tumbuh

Hari ke-

Jumlah Benih Berkecambah / Kelompok

I

II

III

IV

V

VI

VII

1

2

1

3

0

4

0

1

1

2

5

0

1

1

1

6

0

0

1

0

7

0

0

0

0

Total

1

2

3

3

0

0

0

 

Tabel 5. Persentase Perkecambahan Enterolobium cyclocarpum

Kelompok

Jumlah yang Tumbuh

Persen Kecambahan (%K)

I

1

10

II

2

20

III

3

30

IV

3

30

V

0

0

VI

0

0

VII

0

0

Jumlah

90

Rata-rata

12,86

 

Gambar 1. Grafik Persen Perkecambahan Enterolobium cyclocarpum

A. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan kemurnian benih didapatkan persen kecambah sebesar 97,57%, angka ini menunjukan kemurnian benih Jati putih (gmelina arborea) sangat besar yang berarti benih tersebut cukup berkualitas tinggi jika dilihat dari sudut pandang kemurnian. Terdapat biji jenis lain seberat 0, 42 gr, biji lain ini bisa masuk ke benih sampel kerja kemungkinan dari produsen benih melakukan kesalahan pada saat pengemasan atau terbawa saat proses ekstraksi dan mengingat jumlahnya yang sangat kecil maka saat penyortiran tidak terambil. Kotoran yang ada di sampel kerja seberat 2,43 gr berupa daun, danging buah yang kering, dan ranting yang bentuknya sudah berupa tepung hitam.

Jumlah benih per kologram sangat diburuhkan ketika saat membangun persemaian dan akan menghitung jumlah bibit yang akan di produksi, karena benih yang beredar di pasaran dihargai dalam rupiah per kilogram bukan rupiah per biji. Dari hasil praktikum didapatkan jumlah benih Jati putih (Gmelina arborea) adalah 1747,049 benih/kg atau jika dibulatkan ke bawah menjadi 1747 benih/kg.

Kadar air merupakan jumlah masa air dalam benih yang dapat menunjukan kualitas suatu benih. Kadar air ini sangat erat kaitannya dengan jenis benih yaitu ortodoks dan rekalsitran. Benih ortodoks akan nertahan lama jika kadar airnya diturunkan samapi batas 15%. Ketika kadar air benih ortodoks lebih dari 15% maka ada kemungkinan benih rentan terhadap serangan jamur dan bakteri benih mengingat kandungan utama benih adalah makan bagi bakteri dan jamur, halsebaliknya pun ketika kadar air benih yang kita dapaikan kurang dari 15% maka ada kemungkinan embrio di dalam benih sudah mati. Dari hasil praktikum menunjukan kadar air benih Jati putih (Gmelina arborea) adalah 15 % angka yang cukup baik untuk kadar air benih jenis ortodoks.

Persen kecambah juga penting saat pembangunan persemain, dari persen kecambah produsen pembibitan dapat memprediksi benih yang akan dia semai sekian persennya akan mati dan sekian persen yang lainnya akan berkecambah dan menjadi bibit. Praktikum perkecambahan ini, praktikan menggunakan data akumulasi dari 7 kelompok. Benih yang di uji adalah Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum). Tabel 4. Menunjukan bahwa hanya benih dari kelompok 1,2,3, dan 4 yang berkecambah, kelompok 5-7 tidak berkecambah. Benih kelompok 5-7 tidak berkecambah dapat terjadi karena faktor kesalahan manusia atau karena benih yang di uji kuatitasnya kurang baik. Kesalahan manusia dapat terjadi ketika kertas saring yang berada di cawan petri tempat mengecambahkan kering sehingga benih kekurangan air untuk mengaktifkan enzim di dalam benih yang berfungsi untuk berkecambahnya embrio.

Taraan persen kecambah sangat kecil yaitu 12,86 % yang secara statistik kualitas benih ini sangat rendah. Persen kecambah yang sangat kecil disebabkan oleh adanya 3 kelompok yang benih uji nya tidak berkecambah dan menjadi data pencilan di data statistik persen berkecambah.


BAB V

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Dengan diadakannya praktikum ini praktikan dapat mempelajari tatacara yang benar tentang pengujian benih (pengujian fisik), yaitu kemurnian, kandungan  air, perkecambahan dan jumlah benih setiap 1 kilogram benih. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa kemurnian benih sengon yang praktikan amati adalah sebesar 97,57 %, kandungan airnya 15%, prosentase perkecambahan sebesar 12,86%, dan jumlah benih tiap satu kilogram adalah 1747 benih.

B. Saran

Terdapat beberapa saran yang diajukan setelah melakukan praktikum ini, antara lain:

–          Pengujian persen kecambah diharapkan serius dalam pengerjaannya jangan sampai terjadi kelalaian manusia yang akan menjadi data pencilan.

–          perlu metode baru untuk mengukur kemurnian benih dan standar yang di gunakan apakah itu dari warna, bentuk atau kondisi fisik lainnya.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

[ISTA] International Seed Testing Association. 2006. Tetrazolium Testing Handbook. . Zurich : International Seed Testing Association.

[ISTA] International Seed Testing Association.2008. Seed Science and Technology. International Rules for Seed Testing. Zurich : International Seed Testing Association.

Zanzibar Muhammad. 2009. “Kajian Metode Uji Cepat Sebagai Metode Resmi Pengujian Kualitas Benih Tanaman Hutan Di Indonesia”. http://www.bsn.go.id/file/348256349/Litbang%202009/Bab%205.pdf [25 maret 2011]