Category: Uncategorized


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktikum

Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi masalah karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Benih dari segi teknologi diartikan sebagai organisme mini yang hidup dalam keadaan istirahat atau dorman yang tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi. Oleh karena itu dalam pemilihan benih haruslah benih yang benar-benar baik yang akan dijadikan sebagai bakal dari tanaman. Benih bermutu adalah benih murni dari suatu varietas, berukuran penuh dan seragam, daya kecambah di atas 80% dengan bibit yang tumbuh kekar, bebas dari biji gulma, penyakit, hama, atau bahan lain.

Benih yang telah diunduh sebelum disemaikan ataupun untuk keperluan penyimpanan perlu dilakukan pengujian kualitasnya. Pada dasarnya kualitas benih terdiri dari dua yaitu kualitas genetik dan kualitas fisik. Kualitas genetik dapat dilihat dari sumber benihnya sedangkan kualitas fisik dapat diuji setelah pengunduhan. Pengujian benih digunakan sebagai pengontrol parameter kualitas selama penanganan benih dan hasilnya dapat diberikan kepada pengguna sebagai dokumen kualitas benih.

Pengujian benih merupakan analisis  beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologis sekumpulan benih yang biasanya didasarkan pada perwakilan sejumlah contoh benih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok benih. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Oleh karena itu, komponen-komponen mutu benih yang menunjukan korelasi dengan nilai pertanaman benih di lapang harus dievaluasi dalam pengujian. Dalam pengujian benih mengacu dari ISTA, dan beberapa penyesuaian telah diambil untuk mempertimbangkan kebutuhan khusus (ukuran, struktur, pola perkecambahan) jenis-jenis yang dibahas di dalam petunjuk ini. Beberapa penyesuaian juga telah dibuat untuk menyederhanakan prosedur pengujian benih. Pengujian benih mencakup pengujian mutu fisik fisiologi benih.

 

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari tatacara yang benar tentang pengujian benih, yaitu kemurnian, kandungan  air, perkecambahan dan jumlah benih setiap 1 kilogram benih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

Menurut Nasrudin 2009, pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. ntuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :

 

a) Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah :

1.   Benih masak utuh

2.   Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak

3.   Benih yang telah berkecambah sebelum diuji

4. Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud

5.   Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali

b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.

c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:

1. Benih dan bagian benih

2. Benih tanpa kulit benih

3. Benih yang terlihat bukan benih sejati

4. Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal

5. Cangkang benih

6. Kulit benih

7. Bahan lain(Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll).

 

Berdasarkan hasil pengamatan kadar air benih Sengon didapatkan berat awal benih sebesar dua gram dan setelah dilakukan perlakuan (dioven) tidak mengalami perubahan. Dari data ini didapatkan kadar air benih sebesar nol persen, keadaan benih dengan persentase nol persen menyatakan benih tersebut kering. Metode uji di laboratorium merupakan metode yang memberikan kondisi yang terkontrol yang memungkinkan benih dapat tumbuh serempak, cepat dan sempurna/normal. Kondisi ideal yang distandarkan tersebut dimaksudkan agar hasil pengujian suatu kelompok benih yang dilakukan di suatu laboratorium memberikan hasil yang sama bila kelompok benih tersebut diuji di laboratorium lainnya (Nasrudin,2009).

Pada pengujian kadar air benih dalam skala laboratorium, kadar air ini menggunakan metode pengeringan oven. Namun, bagaimanapun juga metode pengeringan oven merupakan metode yang digunakan sebagai metode standar (Edwards, 1987; ISTA, 1999; ISTA 2006 dalam Dede J Sudrajat 2004) bila dibandingkan dengan metode lainnya yang masih harus dikalibrasi. Metode uji perkecambahan benih di laboratorium ditujukan untuk mengetahui jumlah maksimal benih yang dapat berkecambah pada kondisi optimal. Kadar air penting dalam hubungannya dalam penyimpanan dan daya hidup suatu benih agar terjaga daya viabilitas dan vigoritasnya.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan Praktikum

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain neraca (timbangan), gelas kaca untuk wadah benih, kertas koran,  kertas merang, cawan petri, air, oven, desikator, kalkulator, benihJati putih dan Sengon buto.

 

B. Metode Penelitian

Pada praktikum ini ada empat tindakan, yaitu uji kemurnian benih, jumlah biji/kg, dan kadar air benih pada Jati putih. Sedangkan perkecambahan benih menggunakan benih Sengon buto . Langkah awal yang dilakukan dalam praktikkum ini adalah mencampur tiga sampel Jati putih berupa sampel kerja. Setelah itu membagi campuran benih ke dalam empat bagian, kemudian benih yang berada dalam diagonal dipisahkan, yang mana pemisahan harus konsisten (2&3 atau 1&4), dalam paraktikum ini praktikan memisahkan bagian 2 dan 3, seperti pada gambar berikut:

1*

2

3

4*

Pemisahan ini dilakukan dua kali, setelah itu membagi hasil campuran menjadi enam bagian. Bagian ini disebut sampel kerja. Setiap kelompok mendapat satu botol sampel kerja untuk praktikum.

Ø  Uji kemurnian benih

Langkah awal dalam menguji kemurnian benih adalah menimbang benih dan mencatat berat benih tersebut (B1), kemudian membersihkan kotoran dalam benih. Setelah benih bersih, praktikan menimbang tersebut dan dicatat beratnya (B2).  Langkah selanjutnya adalah menghitung persen kemurnian bbenih dengan persamaan sebagai berikut :

%kemurnian = B2/B1 x 100%

 

Keterangan : B1 adalah berat benih yang masih ada kotorannya, dan B2 adalah benih bersih yang telah dilakukan pembersihan.

Ø  Jumlah benih/kg

Mengambil benih sejumlah 30 biji sebanyak 3 kali ulangan, kemudian menimbang benih dan mencatat berat benih tersebut. Langkah selanjutnya adalah mengkonversi berat benih tersebut dalam kg. sehingga praktikan mendapatkat jumlah benih sengon dalam 1 kilogram benih.

 

Ø  Kadar air

KA = [(BB-BK)/BK] x 100%

 

Langkah awal yang ditempuh untuk mengetahui kadar air benih adalah menimbang benih yang sudah disiapkan kemudian mencatat berat benih sebagai berat basah (BB). Kemudian mengoven benih pada suhu 70oC selama 3 hari. Langkah selanjtnya adalah menimbang benih yang telah dioven sebagai berat kering (BK). Langkah selatnya menghitung kadar air dengan persamaan :

Keterangan:

KA: kadar air

BK: berat basah (berat awal)

BB: berat kering (setelah dioven)

 

Ø  Mengecambahkan benih

Langkah awal untuk mengecambahkan benih dalam praktikum ini adalah mengambil benih sengon dalam botok kaca sebanyak 10 biji. Kemudian menyiapkan media untuk mengecambahkan. Media ini berupa cawan petri yang dibawahnya dilapisi tiga lapis kertas merang, kemudian membasahi kertas merang. Kemudian menata benih sengon ke dalam cawan petri, dan cawan petri diletakkan di ruangan khusus untuk perkecambahan. Langkah selanjutnya adalah mengamati pertumbuhan kecambah setiap hari, dan dicatat  perkembangannya.

Persentase Kecambah = Benih yang Berkecambah x 100%

Jumlah Total Benih

 


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

1) Kemurnian benih (gr)

Tabel 1. Perhitungan kemurnian benih

ulangan

berat sampel kerja

berat sampel benih

biji lain

kotoran

persen kotoran

kemurnian

1

368,42

359,62

0,42

8,94

2,43

97,57

2

368,29

358,91

0,42

8,94

2,43

97,57

3

368,35

358,43

0,42

8,94

2,43

97,57

rataan

368,35

358,99

0,42

8,94

2,43

97,57

 

2) Jumlah benih tiap satu kilogram

Tabel 2. Jumlah benih/kg

no

berat basah

jumlah biji

biji/kg

1

15,7

30

1910,828

2

18,83

30

1593,202

3

17,27

30

1737,116

rataan

17,267

30,000

1747,049

3) Kadar Air Benih

Tabel 3. Hasil perhitungan kadar air benih

no

berat basah

berat kering

kadar air

1

15,7

13,63

0,152

2

18,83

16,35

0,152

3

17,27

15,08

0,145

rataan

17,26666667

15,02

0,150

KA = [(BB-BK)/BK] x 100%

 

 

4) Perkecambahan

Jenis Benih      :  Enterolobium cyclocarpum

Jumlah Benih  : 10/kelompok

Tabel 4. Data Pengamatan Jumlah Benih yang Tumbuh

Hari ke-

Jumlah Benih Berkecambah / Kelompok

I

II

III

IV

V

VI

VII

1

2

1

3

0

4

0

1

1

2

5

0

1

1

1

6

0

0

1

0

7

0

0

0

0

Total

1

2

3

3

0

0

0

 

Tabel 5. Persentase Perkecambahan Enterolobium cyclocarpum

Kelompok

Jumlah yang Tumbuh

Persen Kecambahan (%K)

I

1

10

II

2

20

III

3

30

IV

3

30

V

0

0

VI

0

0

VII

0

0

Jumlah

90

Rata-rata

12,86

 

Gambar 1. Grafik Persen Perkecambahan Enterolobium cyclocarpum

A. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan kemurnian benih didapatkan persen kecambah sebesar 97,57%, angka ini menunjukan kemurnian benih Jati putih (gmelina arborea) sangat besar yang berarti benih tersebut cukup berkualitas tinggi jika dilihat dari sudut pandang kemurnian. Terdapat biji jenis lain seberat 0, 42 gr, biji lain ini bisa masuk ke benih sampel kerja kemungkinan dari produsen benih melakukan kesalahan pada saat pengemasan atau terbawa saat proses ekstraksi dan mengingat jumlahnya yang sangat kecil maka saat penyortiran tidak terambil. Kotoran yang ada di sampel kerja seberat 2,43 gr berupa daun, danging buah yang kering, dan ranting yang bentuknya sudah berupa tepung hitam.

Jumlah benih per kologram sangat diburuhkan ketika saat membangun persemaian dan akan menghitung jumlah bibit yang akan di produksi, karena benih yang beredar di pasaran dihargai dalam rupiah per kilogram bukan rupiah per biji. Dari hasil praktikum didapatkan jumlah benih Jati putih (Gmelina arborea) adalah 1747,049 benih/kg atau jika dibulatkan ke bawah menjadi 1747 benih/kg.

Kadar air merupakan jumlah masa air dalam benih yang dapat menunjukan kualitas suatu benih. Kadar air ini sangat erat kaitannya dengan jenis benih yaitu ortodoks dan rekalsitran. Benih ortodoks akan nertahan lama jika kadar airnya diturunkan samapi batas 15%. Ketika kadar air benih ortodoks lebih dari 15% maka ada kemungkinan benih rentan terhadap serangan jamur dan bakteri benih mengingat kandungan utama benih adalah makan bagi bakteri dan jamur, halsebaliknya pun ketika kadar air benih yang kita dapaikan kurang dari 15% maka ada kemungkinan embrio di dalam benih sudah mati. Dari hasil praktikum menunjukan kadar air benih Jati putih (Gmelina arborea) adalah 15 % angka yang cukup baik untuk kadar air benih jenis ortodoks.

Persen kecambah juga penting saat pembangunan persemain, dari persen kecambah produsen pembibitan dapat memprediksi benih yang akan dia semai sekian persennya akan mati dan sekian persen yang lainnya akan berkecambah dan menjadi bibit. Praktikum perkecambahan ini, praktikan menggunakan data akumulasi dari 7 kelompok. Benih yang di uji adalah Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum). Tabel 4. Menunjukan bahwa hanya benih dari kelompok 1,2,3, dan 4 yang berkecambah, kelompok 5-7 tidak berkecambah. Benih kelompok 5-7 tidak berkecambah dapat terjadi karena faktor kesalahan manusia atau karena benih yang di uji kuatitasnya kurang baik. Kesalahan manusia dapat terjadi ketika kertas saring yang berada di cawan petri tempat mengecambahkan kering sehingga benih kekurangan air untuk mengaktifkan enzim di dalam benih yang berfungsi untuk berkecambahnya embrio.

Taraan persen kecambah sangat kecil yaitu 12,86 % yang secara statistik kualitas benih ini sangat rendah. Persen kecambah yang sangat kecil disebabkan oleh adanya 3 kelompok yang benih uji nya tidak berkecambah dan menjadi data pencilan di data statistik persen berkecambah.


BAB V

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Dengan diadakannya praktikum ini praktikan dapat mempelajari tatacara yang benar tentang pengujian benih (pengujian fisik), yaitu kemurnian, kandungan  air, perkecambahan dan jumlah benih setiap 1 kilogram benih. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa kemurnian benih sengon yang praktikan amati adalah sebesar 97,57 %, kandungan airnya 15%, prosentase perkecambahan sebesar 12,86%, dan jumlah benih tiap satu kilogram adalah 1747 benih.

B. Saran

Terdapat beberapa saran yang diajukan setelah melakukan praktikum ini, antara lain:

–          Pengujian persen kecambah diharapkan serius dalam pengerjaannya jangan sampai terjadi kelalaian manusia yang akan menjadi data pencilan.

–          perlu metode baru untuk mengukur kemurnian benih dan standar yang di gunakan apakah itu dari warna, bentuk atau kondisi fisik lainnya.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

[ISTA] International Seed Testing Association. 2006. Tetrazolium Testing Handbook. . Zurich : International Seed Testing Association.

[ISTA] International Seed Testing Association.2008. Seed Science and Technology. International Rules for Seed Testing. Zurich : International Seed Testing Association.

Zanzibar Muhammad. 2009. “Kajian Metode Uji Cepat Sebagai Metode Resmi Pengujian Kualitas Benih Tanaman Hutan Di Indonesia”. http://www.bsn.go.id/file/348256349/Litbang%202009/Bab%205.pdf [25 maret 2011]

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!